NanjombangNews – Kurangi konflik, Indonesia butuh jalan tengah.
Jakarta, Jakarta,- Menyambut “100 tahun Deklarasi 2045”, persatuan bangsa dan negara ini harus menjadi “pemikiran arus utama seluruh elemen bangsa untuk dijaga dan diurus bersama,” kata Zainal Bintang kepada media dalam renungan pribadi pada akhir tahun 2022.
Menurut wartawan kepala itu, menjelang Pemilu 2024, gelombang perpecahan masih terasa di masyarakat sebagai sisa-sisa pemilu sebelumnya, yakni 2014 dan 2019, yang penuh konflik dan berbau kontradiksi.
Menanggapi situasi krisis yang mengancam semangat persatuan dan kesatuan bangsa, Bintang dan kawan-kawan mendirikan forum penelitian dan konsultasi politik dan ekonomi yang disebut “lembaga keagamaan”.
Lembaga Keagamaan adalah singkatan dari: Institut Dinamika Indonesia. Sejumlah tokoh media dan pakar komunikasi yang mendukung agenda tersebut juga memiliki “penasihat ahli”, termasuk H.J. Ilham Bintang (Pendiri ‘Cek & Ricek’ dan Ketua Dewan Kehormatan Pusat PWI), Prof. Effendi Jazali (Dosen dan Pakar Komunikasi UI), Ichan Lulimba (Mantan Anggota DPD dan Direktur Eksekutif Lembaga Peradaban) dan Teguh Santosa (Redaksi RMOL dan Ketua Jaringan Media Elektronik Indonesia – JMSI).
Peluncuran yang direncanakan (melepaskan) Di hadapan “lembaga keagamaan”, akan berlangsung pada pertengahan Januari 2023. Agenda program yang telah disiapkan meliputi: talk show, seminar, diskusi, dan konten video atau podcast. Semua modul program ini akan menggunakan fasilitas IT paket atau online.
Dalam acara dasar yang dikemas sebagai “talkshow” yang direkam dan akan dipublikasikan itu, rencananya akan mengundang sejumlah tokoh, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk berbicara. Mereka diminta menyampaikan visi, misi, kendala dan harapan terkait perlunya menjaga keutuhan Indonesia dalam memasuki “100 tahun Deklarasi 2045”. Acara bincang-bincang tersebut direncanakan akan berjudul: “Sudah waktunya bintang berbicara.”
bintang Ia mengatakan telah berkonsultasi dengan banyak ekonom – ahli di bidang keuangan, politik, pertahanan dan pemerintahan untuk memastikan bahwa paket “jalan tengah Indonesia” nantinya dapat merumuskan dan menemukan calon pemimpin bangsa, yang dapat menjabat sebagai “bintang penuntun” di langit demokrasi Indonesia yang digelapkan oleh maraknya politik identitas dan kawan-kawannya.
Ungkapan “bintang” digunakan karena terinspirasi oleh pengalaman ratusan tahun “nenek moyang saya adalah pelaut”. Mereka dengan berani dan percaya diri mengarungi lautan luas dengan perahu, tanpa kelengkapan teknologi modern.
Bintang, seorang wartawan terkemuka yang terkenal, mengatakan: “Hanya dipandu oleh intuisi dan insting dengan membaca pergerakan ‘bintang penuntun’ di langit yang luas dan sunyi, untuk memprediksi perubahan cuaca, antara badai, angin topan, dan hari cerah. Sebagai pemilik media kritis di era ini.. Suharto.