NanjombangNews – Khawatir tentang kebocoran data, malware, dan euforia untuk pemilu 2024
Ozon – Tahun 2023 hanyalah hitungan hari saja, dan tentunya banyak hal yang diperkirakan akan terjadi di tahun “Kelinci Air”. Di dunia online, para ahli di Indonesia sudah mulai banyak berbagi prediksi.
Pratama Persada, pakar keamanan siber dan kepala CISSReC Institute for Cyber Security Research mengungkapkan beberapa hal yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023.
Secara umum, serangan siber di tahun mendatang berkisar pada 3 hal. pertama, APT (Threa Lanjutan LanjutanR) , ransomware Dan serangan rantai pasokan.
Ada juga prediksi perang dunia maya dan pencurian data yang kemungkinan besar akan terus berlanjut. Selain itu, dunia elektronik jelang pemilu 2024 juga akan menjadi perhatian khusus di tahun 2023.
Sedangkan UU PDP yang baru disahkan September lalu, masih belum berlaku tahun depan.
“Kita punya UU Perlindungan Data Pribadi, tapi belum berlaku. Kita juga menunggu lahirnya Panitia PDP sebagai organisasi yang menjalankan amanat UU PDP. Jadi tahun 2023, UU PDP masih belum ada.” memaksa,” kata Pratama dalam keterangan yang diterima. OzonRabu (28/12).
APT, Ransomware, dan Serangan Rantai Pasokan
“Serangan APT seringkali merupakan bentuk serangan perwakilan negara seperti serangan APT-29 dari Rusia yang dituduhkan oleh AS dan sekutunya,” tambah Pratama.
Ransomware dan malware akan terus menyebar secara global, bahkan diperkirakan lebih dari 30 persen serangan siber berupa malware dan ransomware.
Apalagi, cybercrime “supply chain attack” telah menjadi tren global bahkan menjadi perhatian serius di negara-negara maju.
Baca Juga: Kaleidoskop 2022: Drama Google and Friends Dilarang, Bjorka di Piala Dunia
“Bahkan di AS, Pentagon menetapkan aturan ketat terkait keamanan siber untuk setiap vendor yang bekerja sama dengan lembaga pertahanan dan keamanan AS,” kata Pratama.
Di Indonesia, kata Pratama, kejahatan ini belum mendapat perhatian serius, meski banyak vendor di Indonesia yang menggunakan produk dan teknologi luar negeri.
“Ini jelas merupakan serangan siber pola terbuka serangan rantai pasokankata SD.
Peperangan elektronik, pencurian data, dan pemilu 2024
Perang kemungkinan akan berlanjut di dunia maya setelah kesepakatan antara Amerika Serikat dan Ukraina.
Ia menjelaskan: “Perang konvensional saat ini pasti selalu dibarengi dengan peperangan elektronik yang pernah dan sedang terjadi.”
Tidak terhitung banyaknya serangan siber dan perang yang berlatar belakang politik, dan Indonesia juga pernah menjadi korban serangan siber yang mengandung malware.
Salah satu kasus yang diketahui adalah email Kantor Luar Negeri diretas oleh peretas China dan kemudian dikirim ke pejabat Australia menggunakan malware Body Arya.
Dari segi pencurian data, kejahatan ini juga akan menjadi tren di tahun 2023.
Dia menambahkan, “Ada peningkatan kebutuhan data dalam jumlah besar oleh banyak pihak, baik untuk kegiatan legal maupun ilegal.”
Baca juga: Kaleidoskop 2022: Duka Yamaha Harus Suntikan 3 Motor Mati
Pratama menambahkan, dengan pengguna internet yang mencapai lebih dari 210 juta orang sepanjang tahun ini, Indonesia tentunya harus lebih serius menangani masalah ini.
Sebelum pemilu 2024, kejahatan dunia maya yang paling bisa diprediksi adalah peretasan antar akun media sosial, dan peretasan bahkan dapat menyebar ke situs web dan aplikasi milik pemerintah.
“Berbagai kebocoran data masih akan banyak terjadi, dan akan lebih parah lagi jika hal ini juga terjadi karena persaingan politik baik dalam internal organisasi maupun yang lebih tinggi. Karena kebocoran data terjadi karena 3 faktor yaitu serangan siber, kesalahan sistem dan human error. sebagai pemicu.”
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi serangan siber ini?
Melihat prediksi serangan siber yang akan terjadi di tahun 2023, Pratama memberikan banyak ‘kiat’ untuk mencegah dan mengurangi tren di dunia siber.
“Mendekati tahun 2023, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di tanah air harus terus beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatan, politik dan teknologi serta tren kebocoran data yang mempengaruhi keamanan setiap individu,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga dituntut untuk meningkatkan sistem pencegahan dini agar kemampuan mendeteksi dan mitigasi serangan siber menjadi lebih baik.
Pratama menambahkan, karena ada serangan “serangan rantai pasokan”, “pengawasan keamanan vendor juga harus ditanggapi dengan serius oleh pemerintah, jangan sampai vendor memperkenalkan malware atau membuka lubang keamanan baru tanpa sepengetahuan mereka.”
Baca juga: Kaleidoskop 2022: Tajamnya perjalanan dunia internet Indonesia penuh bocoran
3 Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem dan keamanan siber di Indonesia adalah mengembangkan prinsip dasar dan standar teknis untuk memastikan tingkat keamanan siber yang konsisten di seluruh perusahaan yang terlibat.
Yang kedua adalah menciptakan strategi keamanan siber nasional yang dapat ditindaklanjuti. Ketiga, dengan memperbaiki prosedur dan peraturan infrastruktur rantai pasokan.”
Terakhir, lakukan kolaborasi swasta dan publik untuk memberikan umpan balik dan kapasitas infrastruktur keamanan siber
Simak informasi menarik lainnya di Google News
Bantu kami mengenal Anda lebih baik dengan mengisi survei di sini