NanjombangNews – Produksi iPhone dihentikan, dan saham Apple sepanjang tahun 2022 berada pada titik terendah sepanjang masa
Dilansir reporter Tribunnews.com, Namira Yunia Listante
NanjombangNews, CA – Saham Apple Inc untuk tahun 2022 melanjutkan penurunannya, yakni turun sekitar 1,4 persen pada akhir perdagangan Selasa (27/12/2022).
Penurunan tersebut memperpanjang kerugian saham Apple sepanjang tahun ini, yang turun 27 persen ke level terendah sejak Juni 2021.
Tidak hanya di Wall Street, penurunan juga terjadi di Nasdaq 100, dimana saham Apple turun 34 persen pada perdagangan 2022.
Penurunan nilai saham Apple terjadi akibat penurunan produksi iPhone 14 Pro dan Pro Max di pabrik Foxconn di Zhengzhou China yang turun 6 juta bulan lalu, setelah pemerintah memberlakukan kebijakan penutupan manufaktur utama Apple. tengah. .
Baca juga: Kaleidoscope 2022: Lima produk yang secara resmi disuntikkan Apple sepanjang tahun ini sejauh ini
Lockdown atau pengetatan kawasan pada awalnya diterapkan secara sengaja oleh pemerintah China untuk menekan penyebaran Covid-19 yang terus menyebar, namun sayangnya kebijakan lockdown tersebut menyebabkan terlantarnya para pekerja yang bekerja di pabrik Foxconn.
Mereka yang panik nekad menyelamatkan diri dengan memanjat pembatas dan berjalan kaki ratusan kilometer, setelah pemerintahan Xi Jinping memaksa ribuan karyawan mengunci atau menutup tempat kerja dan melarang pekerja meninggalkan area pabrik Zhengzhou.
Munculnya ketegangan di fasilitas tersebut memicu kerusuhan yang melibatkan ratusan karyawan Foxconn beserta aparat keamanan setempat.
Situasi ini kemudian menyebabkan kepergian karyawan atau eksodus massal besar-besaran, sehingga pabrik Foxconn mengalami kemunduran karena gagal memenuhi permintaan produksi, terutama untuk unit iPhone 14 Pro dan Pro Max, serta ponsel Apple.
Akibat penurunan produksi, kerugian Apple ditaksir mencapai US$1 miliar atau Rp 15,7 triliun per minggu (satuan tukar Rp 15.711). Alasan ini kemudian mengirim saham Apple ke titik terendah sepanjang masa.
“Telah dipastikan bahwa pengapalan smartphone terbaru dari China mengalami hambatan di industri.” Analis JPMorgan Samik Chatterjee menjelaskan.
Meski pemerintah China saat ini telah mengendurkan aturan pembatasan wilayah, hal itu belum cukup untuk meningkatkan nilai saham perusahaan dan mengembalikan kerugian tahun ini.
Tidak hanya pengetatan kawasan China, penurunan pasar saham Apple juga disebabkan oleh kebijakan moneter Federal Reserve.
Sikap agresif Bank Sentral AS dengan terus menyerukan langkah hawkish atau menaikkan suku bunga ke level tertinggi untuk menurunkan tingkat inflasi.
Hal itu menyebabkan larinya pemain di pasar modal, menyebabkan sejumlah pabrik teknologi mengalami kontrak dan ribuan karyawan di-PHK.
Analis JPMorgan memperkirakan penurunan pasar saham Apple akan berlanjut hingga akhir Desember. Mengingat produksi saat ini di pabrik pusat Apple di China masih mengalami krisis pasokan, Bloomberg melaporkan.