NanjombangNews – BKKBN Pusat menghadirkan Mbah Nun dan Kyai Kanjeng di Mojokerto
Mojokerto (beritajatim.com) –Percepatan penurunan angka stunting yang merupakan program nasional menjadi fokus pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Balai BKKBN di Mojokerto pada Senin (26/12/2022) menggelar sosialisasi penanggulangan stunting yang digalang dalam doa bersama.
Bertempat di Pondok Pesantren (Ponpes) Segoro Agung, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, sosialisasi dalam rangka promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penanggulangan stunting berbasis pesantren yang ditawarkan oleh Emha Ainun Najib atau Mbah Nun dan Kyai Kanjing.
Presiden BKKBN Pusat Hasto Wardoyo menjelaskan, dwarfisme merupakan kegagalan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis.
“Kronis? Sudah lama menderita gizi buruk. Bukan dua atau lima bulan tapi bisa bertahun-tahun.”
Berdasarkan data tahun 2021, angka stunting di Indonesia mencapai 24,4%. Sebelumnya pada 2019, lanjut Hasto, angka stunting di Indonesia mencapai 27,07 persen. Angkanya 24,4 persen, artinya dari 100 kelahiran, 24 bayi baru lahir sudah mengalami stunting.
“Angka ini sangat tinggi, 24/100 sangat tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia memberikan maksimal, negara 20 persen. Jadi dari 100 anak yang lahir, maksimal 20 yang stunting tapi bagi kita Indonesia 24,4. Ini sangat tinggi karena tidak seharusnya Angka stunting di Indonesia tinggi.”
Karena secara geografis, Harto menegaskan, Indonesia terletak di garis khatulistiwa. Tanahnya subur dan iklimnya stabil. Hasto mengajak semua yang hadir dalam kegiatan itu untuk bersama-sama berkomitmen mencegah lahirnya anak stunting karena angka 24,4 persen dinilai terlalu tinggi.
“Mari kita persiapkan dengan matang para calon ibu dan ayah, kesehatan reproduksi harus sehat dan terjaga. Agar tidak terjadi lagi angka stunting. Bagaimana caranya? Dengan makan makanan yang sehat. Makanan yang sehat tidak harus mahal. Umbi bisa menjadi sumber untuk karbohidrat.
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto mengatakan percepatan penurunan stunting merupakan tanggung jawab bersama yang harus diselesaikan bersama. “Ini bukan hanya tugas BKKBN, tapi juga tugas saya. Saya akan bekerja semaksimal mungkin untuk masyarakat. Termasuk mendukung percepatan penurunan stunting.”
Sementara itu, Wali Kota Mojokerto, Ekvina Fahmawati berpesan kepada generasi muda khususnya calon ibu untuk selalu memperhatikan kebutuhan gizinya guna mengurangi kemungkinan stunting pada anaknya di kemudian hari. Remaja putri, calon ibu, setidaknya tidak boleh menderita anemia atau kurang darah sejak usia dini.
“Darah adalah sel yang fungsinya mengantarkan nutrisi ke seluruh bagian tubuh, jadi kalau tidak anemia, idealnya kebutuhan nutrisi bisa terarah. Dan sejak di dalam kandungan, kebutuhan nutrisi harus terus diperhatikan, agar bayi itu sehat sejak dalam kandungan.”
Melalui sosialisasi ini diharapkan dapat mendukung percepatan penurunan stunting di Indonesia. Hal ini tentunya untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia di tahun 2045 mendatang. [tin/ted]