NanjombangNews – Radwan Al-Saeedi, sosok pemberani melawan Soeharto, selamat jalan Papi…
RN – sayang. Begitulah orang biasa memanggil mendiang Radwan Al-Saeedi.
Pappe dikenal sebagai sosok kritis yang menginspirasi para aktivis di Indonesia pada era pra reformasi. Ia dikenal sangat vokal mengkritik pemerintahan Presiden Soeharto.
Memang, Pappe kerap mengkritisi pemerintahan dari era Megawati, SBY hingga Jokowi saat ini.
Berita Terkait:
Cari rejeki di tahun 2024, keluarga cendana masih jualan?
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polokam), Dr Mahfouz, mengungkapkan kekagumannya pada Radwan Saidi. Pria yang akrab disapa Insani ini populer dengan keberanian dan suaranya yang lantang mengkritik pemerintah.
“Bang Rizwan menginspirasi para aktivis di pertengahan 1980-an karena dia sangat blak-blakan sebagai anggota DPR. Dia berani mengkritik pemerintahan Soeharto dan Golkar,” tulis Mahfouz di akun Twitternya, Minggu (25/12/2022). .
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Radwan Al-Saidi dikenal sebagai sosok yang kritis dan manusiawi karena selalu mengandalkan data saat berargumentasi.
Mahfouz berkata, “In Allah dan Inlayhi Rajyon, perpisahan Bang Ridwan al-Saeedi. Seorang kritikus budaya dengan argumen berbasis data.”
Seperti diketahui, hari ini, Minggu (25/12/2022), budayawan dan sosial budayawan Betawi, Radwan Al-Saidi, meninggal dunia pada pukul 08.35 WIB di RS Bintaro, Tangerang Selatan.
Baba dimakamkan di Pemakaman Bivak Carte dekat makam artis Cherrill Anwar di Plot A No. 0243. Pemakamannya dihadiri sejumlah tokoh nasional dan politisi. Di antaranya mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung, mantan Ketua Knesset Gimli Ashdiki, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Ono, dan politikus Partai Gerendra Fadli Zon.
Sementara itu, Radwan adalah seorang cendekiawan dan pemikir Islam ternama yang kerap berkonflik dengan media televisi, khususnya dalam pembahasan topik politik dan sejarah.
Pria kelahiran Jakarta, 2 Juli 1942 yang mengajar di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (sekarang FISIP) Universitas Indonesia (UI) tahun 1963-1976 ini juga dikenal sebagai penulis buku khususnya tentang topik sejarah yang berkaitan ke ibu kota. Antara lain seperti Golkar pasca pemilu 1992 (1993), profil masyarakat Betawi: asal usul, budaya dan adat istiadat (1997), kepemimpinan politik di wilayah Jakarta 1942-1957 dan akar budayanya (2010), hingga kronologisnya. kedatangan Islam di Indonesia (2018).
Bocah ini juga berimplikasi pada dunia politik, terutama sejak menjadi Sekjen Himpunan Mahasiswa Islam Asia Tenggara pada 1973-1975 dan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 1974-1976. Pep juga pernah menjadi anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Republik Rakyat Indonesia pada 1977-1982 dan 1982-1987.
Selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Partai Baru Masyumi pada 1995-2003. Pada tahun 2003, Radwan ditugaskan menjadi Ketua Dewan Pengarah Konferensi Kebudayaan. Selanjutnya, Radwan juga menjabat sebagai ketua Komite Peringatan Melawan Komunisme, dan menjadi ketua dan pendiri Renaissance Foundation pada tahun 2013.