NanjombangNews – Orang ‘Kesbang-Pol’ Menganggap Presiden Jokowi Salah Menempatkan Kantor Gubernur di Gorontalo
DM1.CO.ID, Gorontalo: Sepertinya Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Menteri Dalam Negeri (Mindagri) keliru menempatkan seseorang pada posisi Penjabat Gubernur (Pangajop) di Gorontalo.
Penilaian tersebut diungkapkan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbang-Pol) Provinsi Gorontalo pada tahun 2012, Dr. Ludin Olii, dalam perbincangan tenang wartawan DM1 dengan sejumlah tokoh di lapangan, Minggu sore (25/12/2022), di studio Forum Demokrasi Gorontalo (FDG).
Dalam bincang-bincang tersebut, Ludin Olii yang telah pensiun dari ASN mengaku awalnya bangga atas pelantikan Hamka Hendra Noer sebagai Pejabat Gubernur Pendayagunaan Aparatur Negara Gorontalo. Sebab, menurut Lodin Ole, Hamka adalah anak Gorontalo, meski lahir di Manado.
Maka, menurut Ludin Olii, ada harapan dan optimisme yang besar ketika Hamka diangkat menjadi Gubernur Gorontalo oleh Mendagri, bisa dipastikan Hamka akan melakukan yang terbaik untuk kemajuan daerahnya tanpa harus banyak belajar. Dan adaptasi dalam waktu lama menyatu dengan masyarakat dan budaya (tradisi) Gorontalo.
“Namun ternyata baru-baru ini kami terus terang kecewa dengan apa yang dilakukan Hamka selama tujuh bulan terakhir sebagai Kantor Gubernur Gorontalo, dan selama ini bisa dikatakan telah menimbulkan kehebohan,” kata Ludin Oli yang juga menjabat sebagai Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Luhuatu.
Ludin Oli mengaku sangat menyayangkan munculnya gejolak yang terjadi di antara berbagai pihak, akibat sorotan tajam publik yang mengkritisi sejumlah “tingkah laku” Hamka Hendra Noir sebagai penguasa Gorontalo yang dinilai buruk. .
Salah satu “kelakuan” Hamka yang juga bisa dibilang terlalu parah di mata Ludin Olii adalah anggaran yang “dihemat” DPRD untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Hasri Einun Habibi yang mengalokasikan Rp 100 miliar untuk pembangunan fisik dan Rp 40 miliar untuk alkis (alat kesehatan), semuanya “dihapus” dan dibatalkan oleh Hamka.
“Kami sangat kecewa dengan Kejaksaan karena (Hamkeh) telah menghapus anggaran RS Ainoun,” kata Lodin Ole sambil geleng-geleng kepala.
Penghapusan anggaran rumah sakit, menurut Ludin Ole, merugikan banyak pihak. Hamka terlihat tidak mengapresiasi perjuangan para tokoh masyarakat di daerah ini yang berusaha keras mencari anggaran.
“Mendapatkan anggaran itu tidak mudah. Kami sudah beberapa kali mengadakan seminar dengan tokoh masyarakat agar rumah sakit ini juga bisa meningkatkan kategorinya. Namun, begitu anggaran tersedia, Hamka seenaknya membatalkan program pembangunan rumah sakit tersebut,” Ludin yang juga sedang menduduki, keluh Ketua F-ORLI (Forum Mentoring Lintas Inspirasi).
Selain itu, Ludin Olii juga mengaku kecewa dengan sikap Kejaksaan Agung terhadap Hamka yang kerap “malas” menghadiri undangan acara, padahal janjinya untuk hadir.
Ludin Ole mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah seorang yang menjadi “korban” dari situasi Hamka yang sempat berjanji akan hadir dalam acara tersebut, namun ternyata batal dan ia tidak hadir.
“Saat itu, kami menggelar ramah tamah seluruh pimpinan partai politik se-Provinsi Gorontalo, atas prakarsa PPP yang panitianya diketuai langsung oleh Lee dan Gorontalo Nelson Pumalingo, sekitar dua bulan lalu. , Ketua Partai Garuda Provinsi Gorontalo Penguasa Hamka tidak datang.”
Ludin Olii pun menyarankan kepada Jaksa Penuntut Umum Hamka agar segera mengubah sikap dan “perilaku” yang selama ini dianggap buruk di mata banyak masyarakat Gorontalo. Misalnya dengan belajar menepati janji yang sudah dibuat, baik untuk bertemu sebagai tamu atau menghadiri acara.
Saran lain yang menjadi kontribusi awal Lodin pada jabatan Gubernur Hamka, adalah pada jabatan yang tersisa sebaiknya segera merangkul semua pihak, termasuk kritik yang memiliki potensi atau keunggulan positif untuk menjadi sahabat guna bersama membangun ini. sesuai dengan kekuatan mereka, daripada menghindari mereka dan bahkan menggunakan mereka sebagai musuh atau musuh.
Jika pendekatan ini bisa diterapkan dan diwujudkan, menurut Ole Lodin, Hamka bisa menjadi pemimpin kerakyatan yang hebat.
Namun, kata Ludin, jika Hamka tidak mampu mengubah sikap dan “tingkah laku” yang dinilai buruk dengan tetap mempertahankan model kepemimpinannya seperti sekarang yang digembar-gemborkan berbagai kalangan, maka tampaknya Presiden Jokowi dan Mendagri menggantikan Hamka sebagai Pj Gubernur Gorontalo dan terkenal masih kentalnya budaya dan adat atau tradisi daerah. (dms-dm1)