NanjombangNews – Kerusuhan Formula E Panggung Politik Anies Baswedan
Senin, 26 Desember 2022 – 07:02 BARAT Indonesia
kebijakan VIVA – Perlombaan mobil listrik Formula E yang berlangsung di Ancol, Jakarta Utara, pada 4 Juni 2022, turut mempengaruhi lanskap politik Tanah Air. Anees Baswedan, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yang saat itu masih menjabat, bersikukuh Formula E tetap akan digelar di Jakarta. Upaya untuk mencegah upaya untuk melakukan.
Ajang balap Formula E internasional telah memicu perdebatan politik yang panas. Termasuk sejumlah partai politik melalui fraksinya di Republik Rakyat Demokratik Korea DKI Jakarta.
Setidaknya ada dua pihak yang berseberangan dengan Anies soal formula E ini. Mereka adalah Partai Solidaritas Indonesia atau PSI dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Oposisi bipartisan termasuk anggaran yang digunakan.
Perdebatan memanas ketika Anis ingin menggunakan Monumen Nasional atau Monas sebagai arena pacuan kuda. Bahkan uji coba aspal dilakukan untuk membangun lintasan. Pada akhirnya dibatalkan.
Keputusan selanjutnya untuk menempatkan pembangunan sirkuit Formula E akan berada di Ancol, Jakarta Utara. Lokasinya sangat strategis, tepat di sebelah Jakarta International Stadium atau JIS yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara.
Lahan yang disiapkan itu menuai kecaman, terutama dari partai oposisi Anees seperti PSI. Apalagi lingkaran fisiknya tidak terlihat ketika acaranya tinggal beberapa bulan lagi.
Lantas seperti apa realitas politik perhelatan Formula E 2022, berikut pemaparannya:
Suasana sidang paripurna terkait tanya jawab Formula E.
Dua partai, PDIP dan PSI, sangat vokal menentang pelaksanaan Formula E Gubernur Anies Baswedan. Bukan hanya perang pernyataan di media. Tapi ini juga tentang menggunakan hak dewan, yaitu mempertanyakan.
PDIP dan PSI telah menandatangani mosi pemakzulan Gubernur Anies. Berbagai alasan dilontarkan, termasuk pertanyaan berapa lama Anies pergi, dan masih dalam masa pandemi COVID-19.
Di antara sembilan fraksi DPRK, Jakarta, hanya dua partai itu yang mengajukan usul. Sebenarnya kalah jumlah. Namun hal tersebut tidak membuat PDIP mundur. Bahkan, Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengajukan pertanyaan publik.
“Tidak ada motif untuk menyerang gubernur. Pemeriksaan ini hanya meningkatkan fungsi pengawasan dewan, sehingga ada kesamaan pandangan terkait prioritas program,” kata Jempong Warsono, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta.