NanjombangNews – Banggar DPR menyebut transformasi struktural sebagai kunci pemulihan ekonomi
telusur.co.id, Tahun 2022 yang dinamis dan penuh ujian akan segera berakhir. Dalam hitungan hari, dunia akan menyambut tahun 2023 yang masih menghadirkan tantangan nyata.
Namun, optimisme harus terus tumbuh. Karena pengalaman mengajarkan kita bahwa akan selalu ada kesempatan dan harapan bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Hal itu disampaikan Anggota Komite VII DPR RI Mukhtarudin menanggapi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang mengatakan bahwa sektor manufaktur saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan.
Menurut Mokhtareddin, berkat optimisme yang selalu terjaga, tidak heran jika kebijakan populis pemerintah, kebijakan fiskal yang prudent, dan konsumsi domestik yang produktif berdampak sangat positif pada peningkatan permintaan domestik dan tingkat inflasi yang moderat.
“Dengan konsumsi domestik yang kuat di tahun 2022 akan menjadi mesin pertumbuhan dan pemulihan perekonomian kita,” kata Mukhtaruddin, Senin, di Jakarta (26/12/2022).
Anggota Banggar DPR RI ini mengatakan percepatan transformasi struktural menjadi penting, mengingat transformasi struktural erat kaitannya dengan perubahan struktur ekonomi suatu negara dari berbasis pertanian menjadi berbasis industri dan jasa.
Jika regulasi, kualitas kelembagaan yang rendah, infrastruktur yang tidak memadai, kebijakan fiskal, dan sumber daya manusia yang tidak kompetitif, kata Mukhtardin, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Untuk itu, politisi Golkar Dapil Kalteng berharap transformasi struktural menjadi kunci utama agar dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi negara yang pada akhirnya mengubah status ekonomi negara berkembang menjadi negara maju.
“Untuk memaksimalkan potensi ekonomi pada sektor-sektor prioritas, kebijakan pemerintah selanjutnya harus diarahkan pada peningkatan produktivitas dan daya saing ekspor industri, serta penguatan industri primer strategis,” tambah Mokhtardin.
Menurut Mukhtaruddin, kebijakan lain yang dinilai mampu mempercepat transformasi struktural adalah pemberian insentif perpajakan untuk mendorong pengembangan profesi di Indonesia, sehingga negara dapat terus menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing kompetitif.
Kondisi ekonomi tahun 2022 relatif baik karena faktor surplus transaksi berjalan dan faktor neraca perdagangan yang per Oktober 2022 mencatatkan surplus sebesar $5,67 miliar.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 terlihat mengesankan; Angka tersebut mencapai 5,01 persen pada triwulan I, naik menjadi 5,44 persen pada triwulan II, dan meningkat lagi menjadi 5,72 persen pada triwulan III.
Meskipun kuartal keempat diperkirakan akan mengalami moderasi atau perlambatan, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun 2022 sangat dapat diprediksi dan menunjukkan optimisme.
Selain itu, kepemimpinan Indonesia berhasil membangun komitmen global terhadap sejumlah isu strategis. Yang terpenting adalah menemukan formula untuk menyelesaikan ketegangan geopolitik dan konflik global dengan mengedepankan dialog, diplomasi, dan cara damai.
G20 juga sepakat untuk mengatasi krisis pangan, serta membantu negara-negara miskin yang rentan krisis. Transaksi tersebut dilakukan melalui Program Kredit Ketahanan dan Keberlanjutan senilai $81,6 miliar yang dikoordinasikan oleh Dana Moneter Internasional.
Pada forum G20 di Bali, juga lahir kesepakatan berupa upaya pemulihan kesehatan global dengan mengumpulkan US$1,5 miliar untuk mengatasi pandemi.
Kesepakatan lain yang sangat penting dan strategis adalah langkah bersama untuk mengatasi berbagai masalah yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan masalah lingkungan. Dalam hal mekanisme transisi energi, Indonesia telah mendapatkan komitmen sebesar US$20 miliar.
Dari sisi ekonomi lokal, perhelatan G20 juga memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, yaitu sebesar Rp 7,4 triliun. Forum ini juga mendongkrak konsumsi dalam negeri hingga Rp 1,7 triliun, menyerap puluhan ribu tenaga kerja karena terbukanya ratusan lapangan kerja baru, serta mendorong investasi usaha mikro, kecil, dan menengah.
Mukhtaruddin mengatakan, pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diperkirakan mencapai maksimal 2,7 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 3,2 persen.
“Tentunya capaian Indonesia sepanjang tahun 2022 patut disyukuri oleh seluruh elemen masyarakat. Sikap syukur ini setidaknya tercermin dari tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kerja pemerintah,” ujar Mukhtaruddin.
Namun, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan tersebut, Mukhtar ad-Din mendorong seluruh elemen masyarakat untuk selalu menjaga kehidupan bernegara yang baik.
“Kondisi ekonomi yang relatif stabil di tahun 2022 akan menjadi modal penting untuk menyambut tahun 2023 yang penuh tantangan,” pungkas Mukhtareddine.
mempercepat transformasi struktural
Sebelumnya diketahui, tantangan yang disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita adalah, pertama, masalah sumber daya manusia atau SDM yang tidak kompeten.
Padahal, kata Menperin Agus, setiap tahun Indonesia membutuhkan sedikitnya 600.000 tenaga kerja baru untuk sektor manufaktur termasuk untuk sektor hilir.
Tantangan kedua adalah Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memperluas kerja sama internasional untuk membuka pasar ekspor baru.
Namun untuk saat ini, Agus Gumiwang mengatakan Indonesia menargetkan dua tujuan besar, yakni Eropa dan Afrika. Dia mengatakan Eropa akan dengan mudah menjadi tujuan terbesar pengiriman barang Indonesia karena merupakan pasar yang besar.
“Sedangkan Afrika termasuk negara pemasaran nontradisional yang akan dijajaki,” kata Agus.
Kemudian tantangan insentif ketiga. Insentif harus ramah investor dan ramah pasar. “Kita masih membutuhkan benchmark dari negara lain, terutama negara kompetitor,” kata Agus.
Apalagi, tantangan keempat adalah tantangan yang berasal dari perdagangan dan diplomasi internasional. Agus Gumiwang mencontohkan kasus nikel yang kalah dalam gugatan WTO atau WTO. Namun, dia meyakinkan pemerintah sedang melakukan imbauan dan muara nikel tidak akan dihentikan.
“Kita akan terus berjalan sebagai negara berdaulat,” kata Agus Gomyuang.
Menperin mengatakan, saat ini Kementerian Perindustrian fokus pada tiga sektor industri manufaktur. Ketiga bidang tersebut fokus pada sektor industri pertanian, sektor pertambangan dan bahan mineral, serta sektor minyak, gas dan batubara.
Agus juga mengatakan, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional semakin meningkat. Nilai ekspor manufaktur tercatat sebesar 70,81% dari total nilai ekspor nasional.
Agus juga menekankan transformasi struktural penting untuk dilanjutkan pada 2023.
“Transformasi struktural ini terkait dengan cara kita agar semua kebijakan mengarah pada penciptaan nilai di Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan yang terus didorong oleh Presiden Jokowi adalah kebijakan hilirisasi.”