NanjombangNews – Coaster set See You Bali Day
Gubernur Koster berharap arak Bali warisan leluhur semakin diterima masyarakat luas untuk tujuan positif, bukan untuk mabuk-mabukan.
Sebuah penelitian di Nepal menunjukkan bahwa alkohol digunakan untuk tujuan sosial, keagamaan, dan ritual. Di awal sambutannya pada kesempatan perayaan Hari Arak Bali Jumat lalu di Indonesia, Gubernur Koster mengatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman fermentasi sudah ada sejak zaman dahulu.
Menurutnya, dalam kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa keemasan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 disebutkan bahwa minuman tradisional yang berakohol merupakan bagian dari jamuan akbar yang diselenggarakan oleh kerajaan. Selama pesta rakyat tahunan setelah panen utama, raja mengadakan perjamuan besar dengan menyajikan tambu atau anggur keras yang terbuat dari beras terbaik. Ada juga tuak, tuak dan tuak, serta penjernih dan anggur.
Ternyata Bali memiliki minuman beralkohol dengan cita rasa dan kualitas yang khas bernama Arak Bali. Anggur ini diproduksi melalui proses penyulingan tradisional yang sangat kompleks yang membutuhkan ketelitian, ketelitian, ketekunan dan keunikan. Ketrampilan membuat arak Bali merupakan pengetahuan tradisional yang diwarisi dari nenek moyang kita.
Dulu panglingsir/orang tua minum arak Bali, dan minum kopi arak tanpa gula, tapi itu hanya untuk kesehatan. Di pagi hari sebelum bekerja dan malam sebelum tidur, paling banyak satu dosis. “Saya juga menilai banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dari arak Bali. Selain digunakan untuk keperluan upacara adat, arak Bali juga baik untuk kesehatan sebagai minuman penghangat tubuh. Arak Bali juga memiliki potensi,” kata Gubernur. dari Desa Sembiran, Kecamatan Tegakula, Buleleng Ekonomi sebagai sumber penghidupan dan kesejahteraan masyarakat Bali Koster menambahkan, arak Bali belum mendapat perlindungan bahkan cenderung terpinggirkan.
Pengrajin arak Bali bekerja secara sembunyi-sembunyi, karena arak merupakan jenis minuman yang peredarannya dibatasi, bahkan dilarang oleh pemerintah, dan masuk dalam kategori daftar investasi pasif. Ironisnya, sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali begitu menuntut alkohol, dibanjiri produk impor. “Kasus ini sangat meresahkan, dan inilah yang mendorong saya mengambil tindakan,” ujar lulusan ITB ini.
Sebagai gubernur, Koster mengaku melakukan terobosan berani sebagai upaya melindungi dan memberdayakan arak Bali, warisan budaya leluhur/tetua Bali. Koster memberlakukan Peraturan Gubernur Bali (Pergup) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penataan Minuman Fermentasi dan/atau Suling Bali yang diterbitkan di Buddha Wig Warigadian, Rabu 29 Januari 2020 lalu.
Sejak diundangkannya Perda ini, arak Bali mulai mendapat perlindungan dan legitimasi, sehingga IKM/UMKM/pelaku koperasi dapat masuk ke dalamnya, menjadi ekonomi kerakyatan. Bahkan, banyak produk yang dibuat dengan bahan dasar arak Bali telah mendapat izin edar dari Badan POM RI dan pita cukai dari Kantor Bea dan Cukai Provinsi Bali. Pengrajin arak Bali senang, dan banyak kreasi tumbuh, dari kemasan yang elegan dan berkualitas tinggi hingga inovasi yang dibuat dalam berbagai rasa dan aroma. Sejauh ini, ada 28 produk buatan Bali Arrack yang berkembang pesat sejak tahun 2022 dengan kemasan yang elegan dan berkualitas. Orang Bali mendekati anggur Bali, kembali ke apa yang dilakukan nenek moyang / orang tua mereka.
Saya juga rutin minum kopi Arak Bali tanpa gula. Rasanya memang nikmat, membuat badan sehat dan lebih bisa beraktivitas hingga malam.” Saat menerima duta besar, tamu kehormatan dan anggota masyarakat serta berbagai acara di Gaya Sabha, Gubernur Koster selalu menghibur mereka dengan kopi khas Bali. mangkuk.
“Saya juga memperkenalkan Arak Bali saat menjadi pembicara di United Nations Groundwater Summit 2022 yang dihadiri peserta dari berbagai negara di dunia pada 7 Desember 2022 di kantor pusat UNESCO di Paris, dilanjutkan dengan cocktail dan wine khas Bali. Saya bersyukur melihat Arak Bali saat ini menjadi minuman yang disajikan di hotel kelas dunia dengan jaringan internasional.” Tahun 2022 adalah tahun yang spesial. Perjuangan Arak Bali begitu sukses hingga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Arak Bali juga telah mendapatkan sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM RI, sehingga mendapat perlindungan dan pengakuan negara yang kuat.
Dengan demikian, Arak Bali memiliki legitimasi yang kuat untuk perlindungan dan pemberdayaan, dan kehadirannya semakin dikuatkan, karena pertama: Arak Bali merupakan minuman tradisional Bali yang disuling sebagai sumber warisan keanekaragaman budaya Bali yang perlu dilindungi, dilestarikan, diberdayakan, dipasarkan. , dan digunakan untuk mendukung upacara adat dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan, berbasis budaya Sesuai visi pembangunan Bali “Nangon Sat Keerthi Loka Bali” melalui pola pembangunan global terencana menuju Bali era baru; Kedua: Arak Bali diatur dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Minuman Fermentasi dan/atau Suling Bali. ketiga; Arak Bali telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan telah mendapatkan Sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh Kementerian Hukum dan Kemanusiaan Hak Negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, dalam upaya dan strategi untuk meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat Arak Bali, ditetapkan “Hari Arak Bali” yang diperingati setiap tahun pada tanggal 29 Januari. Tujuan perayaan Hari Arak Bali adalah: a) memperingati diundangkannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Minuman Fermentasi dan/atau Suling Bali sebagai tonggak utama perubahan status yang mengangkat eksistensi , nilai dan martabat arak Bali; b) Mengajak seluruh masyarakat Bali, pemerintah daerah Bali dan para pelaku komersial untuk menjadikan tanggal 29 Januari sebagai hari kesadaran bersama masyarakat Bali akan keberadaan, nilai dan martabat wine Bali; c) melindungi dan melestarikan arak Bali sesuai dengan nilai-nilai budaya, serta memungkinkan, memasarkan dan menggunakan arak Bali sebagai ekonomi kerakyatan secara berkelanjutan; d) Himbauan kepada seluruh masyarakat, pemerintah daerah dan pelaku perdagangan untuk menghindari penggunaan arak Bali dalam kegiatan yang bertentangan dengan nilai inti arak Bali dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka Hari Arak Bali, Jumat lalu Gubernur Koster menggelar Pesta Koktail Arak Bali. Ia berharap arak Bali, warisan leluhur dan dilindungi, serta pengakuan negara, semakin diterima masyarakat luas untuk tujuan positif, bukan untuk mabuk-mabukan.
Bagi perusahaan pariwisata agar menggunakan arak Bali sebagai menu sajian di hotel dan restoran, dan secara bertahap mengurangi impor alkohol, sehingga arak Bali lebih banyak digunakan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, dan juga menjadi bagian dari strategi untuk mengubah ekonomi lokal Bali. Untuk menjaga kualitas produksi secara tertib dan disiplin, para pengrajin dan pedagang wine Bali menggunakan metode distilasi tradisional untuk menjaga cita rasa dan citra khas wine Bali.
“Saya ingatkan dan ulangi kepada seluruh pengrajin/perwakilan niaga anggur Bali bahwa setiap kemasan produk harus menggunakan aksara Bali, sehingga arak Bali memiliki keistimewaan sebagai brand global, menjadi spirit ketujuh di dunia setelah whisky, rum, gin. , vodka, tequila, dan brendi, serta mampu bersaing di pasar lokal, nasional, dan global.” . Acara penahbisan Bali See You Yesterday juga dihadiri oleh Letnan Gubernur Bali Teukurda Oka Artha Aradhana Sukawati (Masak Es), Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Bali, dan walikota/walikota se-Bali, serta para perajin dan pelaku wine Bali. * nat