Tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit dan kelam

NanjombangNews – Tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit dan kelam

VIVA Nasional – Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) telah merilis hasil jajak pendapat terbarunya. LPI menyampaikan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit dan kelam. Pasalnya, tahun 2023 dihantui potensi tekanan dan ancaman multidimensi yang tidak ringan, baik yang dipengaruhi faktor dalam negeri maupun luar negeri.

Survei ini dilakukan sejak 5 Desember hingga 16 Desember 2022 dengan menjaring pendapat kaum menengah intelektual melalui Google form, email, WhatsApp, Zoom, dan wawancara tatap muka. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 900 dosen/pakar, peneliti, anggota LSM/LSM dan aktivis/seniman. Standar deviasi survei adalah 0,4 dengan batas kesalahan Dalam 2% pada tingkat kepercayaan ±98%.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok sampel Dimana analisis dilakukan terhadap sampel yang dipesan, dan dipilih berdasarkan parameter yang telah ditentukan. Parameter spesifik ini dapat berupa demografi, latar belakang, atau atribut lain yang dapat menjadi fokus penelitian.

Ilustrasi resesi global/krisis ekonomi.

Ilustrasi resesi global/krisis ekonomi.

“Dari hasil survei, kami menyimpulkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit dan kelam karena ancaman nyata dan mulia dari kemungkinan krisis ekonomi global, sebagai dampak lanjutan dari perang Rusia-Ukraina, instabilitas pasar keuangan. , meningkatnya inflasi global, risiko stagflasi dan instabilitas nasional seperti ekstremisme dan terorisme, serta separatisme

Bonnie Hargins, Direktur Eksekutif LPI, mengatakan pada Acara Rilis Hasil Survei Nasional LPI, di Hotel Semanggi, Jakarta, Jumat, 23 Desember 2022.

Resesi ekonomi

Boni menjelaskan kesimpulan ini berdasarkan hasil pendapat kaum menengah intelektual terhadap empat indikator yang bisa terjadi pada 2023. Pertama, indikator stabilitas dan risiko pelemahan ekonomi. Mayoritas responden berpendapat bahwa pada tahun 2023, gelombang resesi ekonomi kemungkinan akan mempengaruhi ketahanan perekonomian nasional.

“Dari hasil survei tersebut, 27,83% yakin dan 29,17% sangat yakin akan adanya ancaman resesi di tahun 2023. Sedangkan 37,52 responden yakin dan 15,59 cukup yakin kondisi stabilitas nasional akan semakin memburuk di tahun 2023,” ujar Boni. . .

Indikator kedua, lanjut Boni, adalah politik identitas yang diyakini responden akan meningkat pada 2023. Dari hasil survei, sebanyak 67,75 persen responden meyakini (sangat yakin) politik identitas akan menguat pada 2023.

“Para responden menyebutkan empat faktor yang menyebabkan terjadinya politik identitas pada tahun 2024 yaitu ideologi, politik, ekonomi dan sosial. Faktor yang paling berpengaruh adalah ideologi dengan persentase 31,8 persen dan persentase tertinggi kedua adalah politik dengan persentase 28,33 persen, ” dia berkata.

Indikator ketiga adalah ancaman kekerasan horizontal dan separatisme di Papua. Penilaian terbesar responden yang meyakini kemungkinan terjadinya kekerasan di kalangan pendukung partai pada tahun 2023 adalah 36,75%. Mengenai kemungkinan pecahnya kekerasan di kalangan pendukung capres/Capres pada tahun 2023, rating tertinggi responden yang meyakini kemungkinan tersebut akan muncul adalah 31,50 persen.

“Responden juga percaya bahwa separatis kepausan masih akan ada di tahun 2023. Yang sangat yakin akan terus muncul adalah 27,90 persen, yang yakin 26,44 persen, yang tidak yakin 21,65 persen dan yang tidak yakin. sangat tidak yakin sebesar 24,01 persen

Indikator terakhir adalah cluster ancaman terorisme dan ideologi. Mayoritas responden percaya bahwa ancaman tetap ada. Bahkan, 34% responden percaya akan ada ancaman teroris sebelum tahun 2022.

Ilustrasi pemilu 2024.

Sementara itu, responden menilai prevalensi pemikiran radikal berbasis agama akan meningkat secara signifikan pada tahun politik 2023 dan sebelum 2024, sebesar 28%.

“Kami menduga semua bentuk ancaman ini diharapkan muncul bersamaan. Pembantu presiden menghadapi tantangan dalam pemikiran strategis, kepemimpinan yang efektif, dan kebijakan yang tepat,” kata Bunye.

Menanggapi hal tersebut, pakar pertahanan dan keamanan Kusanto Anguru yang hadir dalam diskusi tersebut menilai kemungkinan hasil survei Vital Performance Index dapat dijadikan acuan untuk memprediksi terjadinya 4 KPI pada tahun 2024. Menurut Kusanto, seluruh elemen bangsa harus dilibatkan, terutama tiga lembaga yang mendapat kepercayaan publik tinggi, yaitu BIN, TNI dan Polri.

“Tiga institusi, BEN, TNI, dan POLI harus profesional dan tangguh dalam mengantisipasi situasi keamanan dan pertahanan yang dapat terganggu oleh politik bertahun-tahun, ancaman eksternal, gerakan teroris, dan separatisme,” kata Kusanto.

Check Also

FIFA mengumumkan nominasi FIFA Best Football Awards 2022 |  Republica Online

FIFA mengumumkan nominasi FIFA Best Football Awards 2022 | Republica Online

NanjombangNews – FIFA mengumumkan nominasi FIFA Best Football Awards 2022 | Republica Online Piala Asia …