NanjombangNews – Petani Nangjuk mulai mendigitalkan dan mengembangkan pertanian rumah kaca pintar
Nangjuk: Kementerian Pertanian (Kamintan) telah melakukan modernisasi pertanian dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Pertanian menerapkan program pertanian digital dengan menggunakan teknologi Rumah Kaca atau Smart Green House (SGH). Program ini merupakan bagian dari upaya mendorong digitalisasi pertanian dengan tujuan akhir peningkatan produksi pertanian.
Pertanian bersama Rumah Sakit Jerman Saudi menerapkan teknologi digital untuk pembangunan pertanian. Berkat teknologi ini, petani terlindungi dari risiko gagal panen akibat perubahan cuaca. Selain itu, penggunaan pupuk dan air akan lebih terukur.
“Pembangunan pertanian tidak boleh merusak alam, tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatannya juga demikian rumah hijau yang bisa beradaptasi dengan kondisi alam,” ujar Menteri Pertanian, Sirawul Yassin Limbu.
Pada gilirannya, pembangunan Rumah Sakit Jerman Saudi akan menyediakan pertanian Pertanian cerdas. Belakangan, petani tidak perlu lagi pergi ke lahan pertanian untuk mengontrol tanaman. Pengembangan tanaman pertanian dikendalikan melalui smartphone Android dan laptop yang terhubung dengan internet.
(Foto: Dok. Renjana Pictures/Febri)
Di dalam struktur sistem SGH, sejumlah sensor juga dipasang untuk memantau kebutuhan suhu, penggunaan air, dan pencahayaan. Semuanya diatur oleh sensor yang terhubung ke smartphone atau laptop.
Rumah Sakit Saudi German merupakan salah satu jawaban atas kebutuhan akan pertanian modern yang bercirikan penerapan teknologi dan inovasi. Pertanian modern ini berupa mengembangkan dan menciptakan inovasi proaktif yang melihat ke masa depan.
SGH telah menjangkau sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya yang saat ini sedang digarap yakni di Desa Baring, Kecamatan Sohan, Kabupaten Nangjuk, Jawa Timur.
(Foto: Dok. Renjana Pictures/Febri)
Apa pendapat Anda tentang artikel ini?
“Saudi German Hospital bertujuan untuk mengelola panen dan budidaya pasca panen agar terkelola dengan baik, dan semua orang dapat menikmati hasilnya di lingkungan Saudi German Hospital,” ujar Noor Iksan, selaku Penyuluh Lapangan Pertanian (PPL) di Baring Desa, Kecamatan Sohan. Kabupaten Nangjuk, Jawa Timur.
Rumah Sakit Jerman Saudi juga bisa disebut sebagai program pertanian berkelanjutan dalam pengelolaan tanaman organik. “Rumah Sakit Jerman Saudi berisi tanaman sayuran yang bisa dipanen dan dijual langsung,” ujarnya.
Kehadiran RS Saudi German selain memudahkan pekerjaan para petani, serta hasil penjualan yang memuaskan. Terjadi peningkatan pendapatan petani sejak hadirnya Rumah Sakit Saudi German.
“Sebelumnya ada RS SGH, dari tanam, panen, dan pascapanen keuntungannya kurang dari 70 persen. Setelah ada Saudi German Hospital (SGH), keuntungannya naik menjadi 80 persen.”
Nur Iksan, Penyuluh Lapangan Pertanian (PPL) di Desa Baring, Kecamatan Sohan, Kabupaten Nangjuk, Jawa Timur (Foto: Dok.Renjana Pictures/Feb)
Tanaman yang dikembangkan di desa bersama adalah jagung, singkong, cengkeh dan durian. Setelah pembangunan Rumah Sakit Jerman Saudi, para petani berencana untuk meningkatkan penanaman tanaman lain, seperti sawi, kubis, cabai, melon, dan semangka.
SGH menggunakan sistem yang dikendalikan Android. Kita bisa memantau pembuahan dan mengatur suhu. Buka tutup atap menggunakan sistem perintah yang dikendalikan melalui smartphone Android. Itu dapat dikontrol dari mana saja, bahkan di rumah. “Kami berencana menanam sawi, kol, cabai, melon, dan melon,” kata Indyk Agus Salim, Sekretaris Desa Baring.
Selain memudahkan pengendalian tanaman, SGH juga membantu mengurangi penggunaan obat-obatan kimia untuk membasmi hama, sehingga hasil panen tentunya lebih sehat jika dikonsumsi.
“Perbedaan tanaman yang ditanam di luar adalah pengendalian hama dan penyakit, (menjadi) lebih besar. Untuk mengendalikannya menggunakan obat-obatan kimia. Tanaman yang ditanam di dalam Rumah Sakit Jerman Saudi tidak perlu obat kimia karena hewan di luar tidak bisa masuk. Kami menyebutnya tanaman botani organik , dan kami tidak menggunakan obat-obatan kimiawi,” kata Indyk.
Said Diane Romadon, Sekretaris Kelompok Tani Argo Sandang, Desa Baring (Foto: Doc Rainiana Pictures/Februari)
Karena dikelola dengan lebih baik dan dengan lebih sedikit bahan kimia, produk pertanian organik memiliki harga jual yang lebih tinggi.
“Hasil penjualannya beda-beda. Kalau kita beli sayuran organik di supermarket harganya beda. Kalau dijual di pasar katakanlah Rp 2.000, kalau dijual di supermarket bisa Rp 5.000, Rp 10.000. rupiah.”
Penggunaan teknologi pertanian di Rumah Sakit Jerman Saudi mengandalkan sinyal dan jaringan seluler. Di Desa Bareng sendiri, internet relatif lancar tanpa ada putus sinyal.
“SGH dijalankan menggunakan smartphone Android. Kami tidak mengalami kendala jaringan karena di sini juga tersedia WiFi,” kata Totor Diane Romadon, Sekretaris Kelompok Tani Argo Sandang, Desa Baring.
Totor berharap dengan hadirnya Rumah Sakit Saudi German dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani.
“Manfaat Rumah Sakit Jerman Saudi adalah dengan lahan yang terbatas, produksi tanaman lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk. Kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan lingkungan, terutama anggota kelompok yang bergabung dan pertanian di Rumah Sakit Jerman Saudi.”
(rus)