Amazing Jejak perempuan dalam gerakan literasi digital

NanjombangNews – Jejak perempuan dalam gerakan literasi digital

Memuat…

Rita Norlita
Pendiri Keluarga Digital Indonesia

sebuah gerakan Wanita telah muncul di Indonesia sejak abad ke-20. M. C Ricklefs dalam buku A History of Modern Indonesia: 1200-2004 (2005) bahwa kebijakan politik moral yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda menjadi latar belakang keberadaan gerakan perempuan ini. Banyak organisasi perempuan seperti Poetri Mardika, Aisyiyah, dan Kartini Fonds telah memberikan kontribusi besar dalam membangun kesadaran perempuan untuk berpartisipasi dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Meski mengalami banyak pasang surut sejak akhir abad ke-19 hingga sekarang, organisasi perempuan di Indonesia terus mengalami kemajuan. Mereka dipersatukan oleh tujuan yang sama, yaitu mengangkat derajat perempuan di berbagai bidang, dan mereka terus berjuang, saling menguatkan dan memberdayakan. Dalam setiap perubahan, mereka selalu pandai beradaptasi untuk menjawab tantangan zaman.

Wanita di era digital
Wanita sebenarnya sudah diperkenalkan dengan dunia digital sejak lama. Dalam artikelnya Women, Digital Literacy, and Inequality, Kathleen Azali menyebutkan beberapa wanita perintis teknologi informasi, seperti Ada Lovelace yang menciptakan program komputer pertama di abad ke-19; Hedy Lamarr, penemu teknologi frekuensi melompat yang menjadi dasar teknologi Bluetooth; dan Katherine Johnson yang menangani banyak akun NASA yang kompleks.

Meskipun jejak kaki perempuan telah terekam di dunia digital sejak abad kesembilan belas, namun kesenjangan akses dan penguasaan TIK antara perempuan dan laki-laki masih sangat besar. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dilaporkan bahwa akses perempuan terhadap internet secara konsisten mengalami kesenjangan antara tahun 2016 dan 2019. Pada tahun 2019, jumlah pengguna komputer perempuan hanya 13,77 sedangkan rasio pria-pria adalah 15,17%.

Kesenjangan ini dijelaskan oleh Carlina Octaviani dalam artikelnya “Ibu-ibu yang Terabaikan di Pusaran Penipuan”. Saat ini, banyak ibu-ibu di Jakarta yang tidak tahu apa itu browser, kata Karlina, dan tidak mengerti cara menyambungkan Wi-Fi, mengisi slip jatah, dan mengetik melalui layar sentuh di ponsel. ponsel pintarMereka bahkan tidak memiliki kendali penuh atas akun yang mereka miliki karena akun yang mereka buat atau yang dimiliki orang lain.

Jika dicermati lebih jauh, Anda bisa melihat bahwa selain bisa menggunakan teknologi (keterampilan digital), perempuan juga menghadapi tantangan dan ancaman lain di ruang digital. Mereka rentan terhadap penipuan online, dan korban pinjaman On linePredator On lineAncaman porno Penindasan dunia mayadan kekerasan seksual Online, penguntitan online (stalking di dunia digital), menyebarkan hoax, kecanduan media sosial, menjadi korban kejahatan dan konten negatif lainnya.

Dalam peran mereka sebagai ibu, perempuan juga rentan mengalami masalah kesehatan mental akibat kekhawatiran mereka terhadap perilaku online yang tidak bijak dari anak-anak mereka.

Suksesi literasi digital untuk perempuan
Transformasi digital terjadi dengan sangat cepat dan pemahaman literasi digital tidak merata, inilah beberapa penyebab munculnya isu siber di masyarakat, terutama yang menimpa perempuan. Oleh karena itu, literasi digital sangat dibutuhkan agar perempuan Indonesia dapat lebih berdaya menggunakan TIK ini dalam hal-hal yang positif dan produktif serta mewaspadai hal-hal negatif yang dapat berdampak buruk bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.

Istilah literasi digital sudah ada sejak tahun 1997. Dalam buku The National Literacy Movement, Paul Gelster mendefinisikannya sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber sehari-hari. Saat ini, istilah literasi digital semakin akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, apalagi setelah pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkolaborasi dengan Sibercreation – sebuah gerakan kolaboratif multipihak yang terdiri dari unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. from media to Academia – Meluncurkan Program Literasi Digital Nasional pada tahun 2021.

Check Also

Mantap Spesifikasi Redmi Note 12 Pro Speed ​​Edition: HP RAM 12 GB Harga Rp 4 Jutaan

Mantap Spesifikasi Redmi Note 12 Pro Speed ​​Edition: HP RAM 12 GB Harga Rp 4 Jutaan

NanjombangNews – Spesifikasi Redmi Note 12 Pro Speed ​​Edition: HP RAM 12 GB Harga Rp …